![]() |
Bom Panci |
Sebagai Imam Besar front pemakan
bubur tidak diaduk, saya sedang kecewa berat. Tukang bubur merupakan partner
kerja saya. Mereka adalah supplier setia yang menyiapkan kebutuhan paling vital
yang dibutuhkan semua mahluk hidup : bubur ayam! Tapi hari-hari belakangan ini
ada dua tukang bubur yang membuat nama profesi mulia dunia-akhirat itu jadi
tercoreng.
Pertama adalah Salaman Nuryanto
alias Dumeri dan kedua adalah Yayat Cahdiyat alias Abu Panci.
Dumeri mulanya adalah tukang
bubur ayam yang mangkal di Depok. Tapi ia telah murtad, tidak mau lagi
mendorong gerobak bubur. Dumeri mendirikan koperasi simpan pinjam. Sialnya dia
hanya mau menarik simpanan, tapi tidak mau meminjamkan. Uangnya habis dibelikan
rumah mewah, mobil mewah dan motor balap, juga kawin lagi.
Akibatnya orang yang menaruh uang
pada Dumeri, gigit jari. Itupun jari mereka sendiri, bukan jari Dumeri.
Sementara Yayat alias Abu Panci
adalah penjual bubur sumsum. Dia juga murtad sebagai tukang bubur. Bukannya
mendirikan koperasi seperti Dumeri, dia malah jadi teroris. Mentang-mentang
mantan tukang bubur, Yayat menggunakan panci untuk merakit bom.
"Itu panci baru. Merk-nya
masih menempel," ujar seorang pengamat intelejen yang diwawancarai stasiun
TV. Mungkin saja Yayat tidak menggunakan pamci lama, karena bokong panci sudah
dekil. Kalau dilihat orang, malu. Masa panci gosong diajak jihad.
Selain sama-sama alumni tukang
bubur, meski beda angkatan, keduanya juga seperti ada keterikatan dengan
pewayangan. Dumeri menamakan usaha bodongnya dengan nama Pandawa Group.
Sedangkan Abu Panci meledakkan bom di Taman Pendawa, di tengah kota Bandung.
Kenapa mereka memilih Pandawa?
Saya menduga karena @kurawa sudah menjadi pendukung Ahok. Jadi mereka harus
memilih nama lawannya. Entahlah.
Kesamaan lainnya, mereka berdua sama-sama
sok menggunakan jargon agama. Dumeri kemana-mana pakai jubah putih, mirip
Pangeran Diponegoro. Dia rajin menggelar pengajian yang dihadiri ribuan jemaah.
Nasihatnya yang terkenal adalah "Taruh harta itu di tangan, jangan taruh
di hati. Biarkan hati itu urusan Allah. Kalau harta hilang bisa dicari lagi.
Serahkan pada gusti Allah."
Abu Panci juga begitu. Dia adalah
anggota Jemaah Ansharut Tauhid, organisasi agama radikal beraliran Wahabi.
Yayat meyakini jika dia mati membawa panci, ada 72 bidadari yang sedang
menunggunya. Kesemua bidadari itu akan memerebutkan panci yang dibawa Yayat.
Lho, Yayatnya gak diperebutkan?
Gak. Bidadari tidak suka dengan penjual bubur sumsum yang hobi gunakan
kekerasan. Bidadari itu lembut, romantis, penuh kasih sayang dan perhatian.
Cewek kayak gini mana cocok sama lelaki kasar.
Bagi Dumeri dan Yayat agama
memang bisa ditekuk semaunya. Dumeri menggunakannya untuk mengumpulkan
investasi yang dinikmati sendiri. Sekarang dia masuk penjara.
Sementara Abu Panci menggunakan
doktrin agama untuk indehoy dengan bidadari. Yang jelas kini Yayat mati
ditembak Polisi. Dia tidak mungkin dimakamkan bersama pancinya.
Jujur saja kedua alumni tukang
bubur itu telah menodai profesi mulia ini. Saya berharap tidak ada lagi tukang
bubur yang murtad, berganti profesi jadi penampung investasi bodong atau jadi
teroris.
Kalau mereka cuma mau cuti naik
haji sih, gak apa-apa. Lagi pula disana mereka masih bisa jualan bubur, buat
sarapan Raja Salman.
Ah, saya jadi mikir. Raja Saudi
kalau makan bubur ayam, diaduk apa gak, ya? Jika tidak diaduk, dia otomatis
jadi jemaah saya.
0 komentar