![]() |
Warga Libya |
Ini kisah di kota Sabha, Libya,
tahun lalu. Saya membaca beritanya dari situs www.jihadwatch.org. Ada seekor
monyet, milik seorang suku Gadaddfa. Kebetulan monyet ini agak genit. Saat
sejumlah siswi dari suku Awlad Sulaeman melintas, monyet genit itu menarik
jilbab salah seorang siswi.
Apa yang terjadi kemudian? Suku
Awlad Sulaeman tersinggung. Sebab bagi mereka menarik jilbab perempuan adalah
pelecehan terhadap agama. Mereka membunuh monyet tersebut, juga membunuh
pemiliknya. Tiga orang tewas, plus seekor monyet yang dianggap melecehkan
agama.
Suku Gaddadfa tidak terima. Maka
pecahlah bentrokan besar di Sabha, berlangsung selama empat hari. Kedua suku
saling serang, saling bunuh. Ada 16 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka.
Saat mereka membunuh, semuanya berteriak takbir. Semuanya merasa sedang
berjuang untuk agamanya.
Padahal mereka berkelahi hanya
karena ulah seekor monyet tengil.
Libya pasca Khadafi memang
terbelah oleh suku-suku yang bertikai. ISIS bercokol di sana. Sebelumnya paham
keagamaan berideologi Wahabi disuntikan ke otak masyarakat. Paham puritan ini
berhasil membawa kerusakan parah masyarakat Libya.
Mau tahu kondisi Libya pada era
Khadafi? Saya kutipkan informasi dari halaman mbak Dina Sulaeman.
Semua masyarakat Libya tidak
perlu membayar listrik. Pendidikan dan kesehatan gratis, bahkan mereka yang
berobat ke luar negeri juga dibiayai oleh pemerintah. Saat mereka meminjam uang
dari bank, tidak dikenakan bunga karena semua bank milik pemerintah. Semua
pangantin baru diberi tunjangan untuk membeli apartemen.
Warga Libya yang ingin memiliki
mobil, pemerintah akan mensubsidi sampai 50%. Harga bensin setara Rp 1.500.
Libya adalah salah satu negara yang tidak punya utang luar negeri. Dan ada 25%
penduduk Libya yang bergelar sarjana.
Dari mana semua kekayaan ini?
Libya berhasil mensionalisasi semua kilang minyak yang dulu dikuasai Bonansa
kapitalis. Hasilnya semua cukup untuk membangun negara kecil di sahara Afrika
itu.
Negara-negara penghisap ngiler
dengan kemakmuran Libya. Maka dilancarkanlah perang isu, bahwa Khadafi adalah
diktator. Sebelumnya, dalam masa yang panjang, telah bekerja para perusak otak
masyarakat dengan menyuntikkan ideologi Wahabi bersemangat takfiri (suka
mengkafirkan siapa saja yang berbeda) .
Saudi Arabia adalah pusat dari
ideologi Wahabi. AS dan sekutunya melihat Wahabi sebagai senjata penting untuk
merusak negara-negara muslim yang kaya. Dengan pemahaman keislaman jenis ini,
seorang muslim bisa begitu rasis, keji, gemar mengkafirkan, merasa paling
benar, tekstual dan memusuhi siapa saja yang berbeda dengannya.
Dana besar-besaran disiapkan
untuk menyebarkan Wahabisme ke seluruh dunia. Bukan untuk dakwah agama. Tetapi
untuk melancarkan perampokan terhadap masyarakat sebuah negara. Dengan ideologi
perusak ini, Libya dibuat hancur berkeping-keping. Masyarakat sibuk berkelahi
untuk meributkan siapa yang berhak atas surga, sementara mereka tidak sadar
bumi tempatnya hidup telah berubah menjadi neraka. Perampokan sumber daya jadi
lebih mudah.
Kini lihatlah Libya, negara yang
tadinya makmur tinggal puing kehancuran. Rakyatnya sibuk bermusuhan sementara
kekayaan tanahnya dirampok untuk dibawa ke luar negeri.
Pada jaman ini, sepertinya,
negara dengan masyoritas penduduk muslim, bisa jadi merupakan wilayah yang
paling sial. Jika negara mereka kaya sumber daya, para perampok dunia akan
menjadikannya target. Caranya, susupi ideologi Wahabi yang pasti akan memecah
belah sebuah bangsa dengan semangat kekerasan. Setelah semua bertikai, rampok
hartanya.
Cara yang sama dilakukan pada
Suriah. Ideologi Wahabi disusupkan ke dalam otak sebagian warga. Tapi rupanya
gak mempan. Langkah berikutnya dieksporlah orang dari seluruh dunia untuk mengacau
di Suriah. AS bahkan memposisikan dirinya sebagai pembantu ISIS nomor satu,
meski di forum-forum internasional berteriak ISIS adalah teroris.
Kepada dunia luar disebarkan isu
konflik Sunny-Syiah di Suriah. Padahal yang terjadi adalah usaha perampokan
pada semua sumberdaya Suriah, agar bisa dikuasai AS dan sekutunya. Sementara
Saudi sendiri berkepentingan untuk menjegal kekuatan Iran, sebab Suriah selama
ini dekat denganh Iran dan Rusia.
Di lain pihak Israel bersorak
karena Suriah adalah negara yang aktif membantu perjuangan rakyat Palestina.
Bertemulah tiga kepentingan besar dalam proses penghancuran Suriah : AS, Saudi
dan Israel. Ada juga kepentingan Turki dan Qatar.
Bagaimana dengan ISIS? Itu hanya
boneka yang disokong untuk merusak Suriah. Orang-orang bodoh dijadikan senjata
hidup untuk merampok negeri orang atas nama jihad. Siapakah orang-orang bodoh
jenis ini? Adalah mereka yang otaknya telah diracuni pemahaman Islam ala
Wahabi.
Bagaimana dengan Indonesia,
negeri dengan kekayaan alam luar biasa ini?
Rasa-rasanya proyek perampokan
sudah disusun sejak lama. Lihatlah sekarang, bagaimana pemahaman agama Wahabi
Takfiri merajalela di masyarakat. Semangat keagamaan saling mengkafirkan dan
penuh kekerasan, belakangan sedang mendarah daging.
Intoleransi sedang diperkenalkan
kemana-mana. Sikap intoleransi pada akhirnya akan melahirkan radikalisme lalu
akan permisif pada aksi-aksi terorisme atas nama agama. Dalam sebuah survei,
10% anak-anak sekolah kita bahkan sudah memiliki sikap radikal. Paham keagamaan
ini sudah masuk ke berbagai segmen populasi kita. Tinggal tunggu pemantikanya
saja, lalu kekayaan alam kita akan habis-habisan dirampok.
Saatnya kita sadar, bahwa virus
kerusakan sedang disuntikan secara masif. Jangan sampai Indonesia menyesal
seperti rakyat Libya.
Jika masyarakat Libya bisa
bertikai gara-gara ulah seekor monyet genit. Masa kita juga harus ribut
gara-gara monyet genit juga? Padahal monyet genitnya sudah gak ada di Indonesia
sekarang.
0 komentar