![]() |
Akun yang Dilaporkan |
Ada pejabat tinggi negara melaporkan banyak orang yang
menyebarkan meme dirinya. Jika ditelusuri ada jutaan orang yang melakukannya. Beredarnya
meme itu sebetulnya menandakan semacam protes rakyat pada proses hukum yang
dianggapnya ganjil. Makanya di media sosial meme itu tersebar seperti mencret :
cepat sekali.
Seorang gadis manis di Tenggerang ditangkap karena diduga
menyebarkan meme tersebut. Dia menyebarkannya melalui akun instagram miliknya.
Kabarnya, selain gadis itu, ada puluhan akun Instagram, Twitter dan FB yang
juga dilaporkan. Serunya polisi bergerak lincah sekali dengan langsung memburu
orang-orang iseng yang meramaikan suasana bermedsos kita.
Apakah tujuan seorang politisi melaporkan puluhan candaan
yang mengkritisinya? Kita tidak tahu.
UU ITE memang membuka ruangan pada siapa saja untuk
melaporkan apabila ada postingan yang dianggap merugikan. Jika isi status
medsos itu berbentuk fitnah atau informasi palsu, tentu siapapun berhak
melaporkannya. Ini menyangkut nama baik.
Tapi, jika cuma sekadar candaan dan humor plesetan politik,
rasanya agak berlebihan jika ditangani seperti para kriminal.
Tidak akan jadi bagus juga namanya, dengan melaporkan
candaan rakyat. Tidak akan putih bersih juga isu yang membelitnya dengan
memberangus rakyat yang hobi menertawakan kelakuan aneh para pejabat.
Mungkin pejabat itu bisa mencontoh Presiden Jokowi. Ada ratusan
fitnah, ribuan meme, dan akun-akun penuh kebencian memojokkan dirinya. Tapi
toh, tidak ditanggapi dengan pendekatan kekuasaan. Padahal dia Presiden.
Bagaimana dengan Jonru? Yang melaporkan Jonru bukan Pak
Jokowi. Jonru dilaporkan pihak lain. Berbeda dengan pejabat ini yang menunjuk
pengacara untuk melaporkan akun-akun yang menyebarkan candaan tersebut.
Semestinya para pejabat dan politisi ini sadar, ketika di
tangannya ada kepentingan publik, dia beresiko dikritisi rakyat. Sebab rakyat
memang berkepentingan terhadap segala hal menyangkut sepak terjangnya.
Jadi kalau mau duduk jadi pejabat, ya harus punya mental
yang cukuplah. Kalau tindakan atau kelakuannya nyerempet-nyerempet, lantas
karena itu rakyat bereaksi dengan cara mengkritisinya di media sosial, itu
adalah konsekuensi logis. Wong memang kepentingan rakyat ada di tangannya.
Bayangkan, bagaimana tidak nyamannya rakyat, memiliki
pejabat yang kupingnya tipis. Padahal di tangan pejabat itu ada kepentingan
orang banyak. Kalau pejabat ogah mendengar kritik dan candaan, lebih baik
jualan Siomay aja. Dijamin tidak akan ada yang membuat meme dirinya.
Laporan itu memang bisa menakut-nakuti sebagian orang untuk
lebih berhati-hatit. Atau malah berusaha dihindari, ketimbang berurusan dengan
hukum. Atau berurusan dengan orang yang punya duit dan kuasa.
Tapi rakyat pasti punya cara sendiri untuk melakukan protes
pada orang-orang kuat dan sok kuasa. Apalagi doyan korupsi. Ada kisah rakyat
Ethiopia yang membenci raja karena kelakuan raja itu sering merugikan kehidupan
mereka. Tapi raja itu sangat lalim dan kejam. Tidak ada yang berani
mengkritiknya secara terbuka.
Saat raja berjalan melintasi jejeran rakyatnya dengan tandu
kerajaan yang mewah,orang-orang memang berdiri sambil menunjukkan penghormatan.
Tapi, sambil membungkukkan badan, mereka kentut!
Nah, apabila karena mentang-mentang berkuasa, mentan-mentang
punya duit, seorang pejabat menakut-nakuti rakyat yang suka becanda ini dengan
jeratan hukum. Cuma satu cara yang bisa kita lakukan : kita kentuti dia
beramai-ramai!
Brooootttt!
0 komentar