![]() |
Amien Rais |
Subuh itu, di sebuah masjid. Ada
tokoh politik sedang berbicara. Isinya soal partai tuhan dan partai setan.
Omongan seperti ini sudah sering
kita dengar. Ada orang yang mengkategorikan negara jadi dua : ada negara setan
(toughut) dan ada khilafah yang dianggap perwakilan tuhan.
Sekarang, karena lagi musim
kampanye, ada yang membelah partai jadi dua juga. Ada partai Allah, ada juga
partai setan. Yang ngomong, karena politisi, sudah pasti mengaku dirinya dan
partainya bagian dari partai Allah. Sedangkan lawannya bagian dari partai
setan.
Mulanya makna partai bisa dipahami
sebagai golongan. Ada golongan tuhan, ada golongan setan. Sampai disini gak
masalah sebetulnya. Biasa saja.
Tapi ternyata makna partai itu
juga diartikan sebagai parpol. Gak percaya? Dengar saja katanya. "Sekarang
ini kita harus menggerakkan seluruh kekuatan bangsa ini untuk bergabung dan
kekuatan dengan sebuah partai. Bukan hanya PAN, PKS, Gerindra, tapi kelompok
yang membela agama Allah."
Jadi menurutnya, PAN, PKS dan
Gerindra termasuk partai Allah. Sedangkan lawan politiknya ada di barisan
partai setan. Serem kan?
Bagi saya, pagi itu tuhan sedang
dibetot untuk diajak kampanye. Untung sang pembicara tidak kebablasan dengan
mengatakan bahwa tanpa diketahui banyak orang tuhan sudah lama memegang kartu
anggota parpol.
Kenapa ada orang merasa perlu
mengajak tuhan untuk kampanye?
Ini soal pecaya diri saja. Orang
yang punya prestasi biasanya akan menjual preatasinya untuk dinilai publik.
Mereka percaya, publik punya akal sehat. Mereka yakin bahwa publik ingin
memilih pemimpin yang bisa bekerja, punya kemampuan dan prestasi terukur.
Silakan memperdebatkan hasil dan
prestasi itu. Toh, rakyat bukan sekelompok orang bodoh. Rakyat bisa membaca dan
merasakan. Rakyat bisa mempelajari dan menelaah. Apalagi di zaman sekarang
jejak digital bisa ditelusyri dengan mudah.
Orang yang berprestasi biasanya
memiliki sikap terbuka untuk dinilai dan dikiritik. Dia senang saja ketika
orang membicarakan hasil karyanya. Dalam politik, pemimpin yang yakin telah
berprestasi dan punya hasil kerja, akan menonjolkan kinerjanya tersebut untuk
memikat hati rakyat.
Berbeda dengan orang-orang yang
miskin prestasi. Apa yang mau ditonjolkan? Apa yang mau dijual untuk memikat
rakyat?
Biar bisa dianggap dan direken,
dia harus mencari celah lain. Maka dicarilah sesuatu yang tidak mungkin bisa
dinilai, dikritisi atau diamati : tuhan. Dengan membawa-bawa nama tuhan, dia
memaksa orang untuk mengiyakan apapun omongannya. Kalau tidak sepakat, langsung
saja dituding menentang tuhan. Anti agama.
Itulah gunanya membawa-bawa tuhan
dalam politik. Nama tuhan bisa digunakan untuk menyerang lawan politik. Bisa
digunakan untuk menyembunyikan kebobrokan dan kekurangan. Bisa juga digunakan
untuk memanipulasi persepsi publik.
Saya menangkap dalam konteks
itulah dia ingin bicara. Soalnya memang tidak ada yang dapat ditawarkan kepada
rakyat, wong prestasinya minim. Wong kader terbaiknya baru saja ditangkap KPK
karena korupsi.
Fenomena menjual nama tuhan ini
terjadi bukan saja dalam dunia politik. Di dunia usaha, tuhan juga sering
dikemas untuk menipu. First Travel dan Abu Tour salah satunya. Mereka menjual
nama tuhan untuk mengelabui ratusan ribu jemaah.
Biasanya argumen yang dibangun,
agama jangan dilepaskan dari dunia real. Agama harus dibawa ke dalam bisnis.
Agama tidak bisa dipisahkan dari politik.
Kita setuju saja jika agama yang
dimaksud sebagai tuntunan moral. Agama melarang menipu, bisnis yang dilandasi
agama mestinya tidak menipu orang. Agama melarang korupsi, para politisi
beragama mestinya menghindari perilaku korup.
Jadi agama dijadikan basis tata
etika. Bukan cuma jadi slogan.
Nah, dengan mengajak tuhan
kampanye, rasa-rasanya agama sedang direndahkan hanya sebagai slogan. Bahkan
dijadikan untuk menyerang lawan politik. Makanya dia bicara soal partai Allah
dan partai setan.
Jadi mereka yang sering
membawa-bawa nama tuhan untuk politik lebih sering ingin menutupi kekurangan
dan kebobrokannya ketimbang menampilkan prestasi dirinya.
Sebetulnya ada dua tuhan disini.
Pertama Tuhan yang menciptakan manusia. Dan ada juga tuhan yang diciptakan
manusia.
Mungkin tuhan yang diciptakan manusialah
yang dianggap punya KTA parpol. Menurut saya, itulah jenis tuhan yang
dibicarakan Amien Rais di subuh itu.
"Mbang, kata Amien Rais di
Indonesia ada partai Allah dan partai setan. Menurut kamu gimana?," Abu
Kumkum iseng menanyakan ke Bambang Kusnadi.
"Caelah kang, omongan
pengibulan begitu kok didenger..."
0 komentar